logo blog
Selamat Datang Di Blogger Blog 67
Terima kasih atas kesediaan anda berkunjung di Blogger Blog 67 ini,
Semoga apa yang saya share dan tulis di sini dapat bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang dapat berguna bagi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.

NUSANTARA, MANIFESTASI ATLANTIS YANG HILANG (3)

BLOGGER BLOG 67. Dalam bagian yang pertama dan kedua telah diuraikan tentang Atlantis yang hilang berikut tentang wajah Nusantara di jaman pra-sejarah, maka pada tulisan ini dan selanjutnya akan diuraikan perihal temuan-temuan arkeologis yang mendasari anggapan Nusantara sebagai perwujudan Atlantis yang hilang tersebut.

SITUS MEGALIT PASEMAH DAN PAGAR ALAM

Megalit Pasemah adalah sejumlah megalit yang terdapat di dataran tinggi Pasemah (Sumatera bagian Selatan).

Budaya megalitik Pasemah mulai diteliti pertama kali dan ditulis oleh L. Ullmann dalam artikelnya Hindoe-belden in binnenlanden van Palembang yang dimuat oleh Indich Archief (1850). Dalam tulisan Ullmann tersebut H. Loffs menyimpulkan bahwa arca-arca tersebut merupakan peninggalan dari masa Hindu. namun pendapat ini ditentang oleh Van der Hoop pada tahun 1932, ia menyatakan bahwa peninggalan tersebut dari masa yang lebih tua. Setelah penelitian Van der Hoop, penelitian tentang megalitik Pasemah dilanjutkan oleh peneliti-peneliti arkeologi, seperti R.P. Soejono, Teguh Asmar, Haris Sukendar, Bagyo Prasetyo, peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, dan peneliti dari Balai Arkeologi Palembang secara intensif melakukan penelitian di wilayah Pasemah sampai saat ini.

Blogger Blog 67
Kepala arca megalitik di Tegurwangi

Seorang Magister Seni Rupa dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, A. Erwan Suryanegara (2004) dalam tesis berjudul “Artefak Purba dari Pasemah, Analisa Ungkap Rupa Patung Megalitik di Pasemah" mengemukakan, "Dari hasil penelitian ini diketahui, manusia pendukung budaya megalitik di Pasemah cenderung sudah mengenal dan bahkan sudah memanfaatkan alat kerja dari bahan logam (perunggu). Mereka sudah memiliki kemampuan yang baik dalam memahat patung dari batu besar jenis batuan andesit, dengan sudut yang tajam juga runcing. Patung megalitik Pasemah secara perupaan wujud fisiknya tampak bersifat dinamis-piktorial dengan gaya ekspresi yang cenderung realistik, tidak mengenal adanya pengulangan bentuk yang sama atau disebut sebagai “tunggal-jamak”, memiliki sikap tubuh yang cenderung condong ke depan, kepala atau wajah sedikit menengadah, dan kaki selalu ditekuk atau dilipat. Sosok objek yang divisualkan cenderung jamak berupa manusia ras austronesoid dan binatang, serta dilengkapi pula dengan simbol maupun atribut. Berdasarkan ungkap rupa simboliknya diketahui, bahwa patung tersebut adalah representasi dari arwah nenek moyang sesuai kosmologi masyarakat Pasemah di kala itu, dan sebagai bagian tidak terpisahkan dari upacara maupun ritual mistis dalam rangka pemujaan terhadap arwah leluhur. Ciri khas patung megalitik Pasemah adalah pada gaya perupaannya yang bersifat dinamis-piktorial dan cenderung realistik, merupakan karya patung megalitik terbaik di zamannya khususnya yang berada di wilayah Pasemah, karena telah memvisualkan seluruh anggota badan (kepala, badan, kaki, dan tangan) dari sosok objeknya secara lengkap, baik berupa manusia dengan tipe ras austronesoid maupun binatang. Patung-patung megalitik Pasemah juga merepresentasikan suatu masyarakat yang berbudaya mistis – agraris dengan pola peladang, dan berjiwa patriotik."

Penampilan peninggalan budaya megalitik Pasemah sangat "sophiscated" dengan tampilnya pahatan-pahatan yang begitu maju, dan digambarkan alat-alat yang dibuat dari perunggu memberikan tanda bahwa megalitik Pasemah telah berkembang dalam arus globalisasi (pertukaran) budaya yang pesat. Alat-alat perunggu yang dipahat adalah nekara yang merupakan kebudayaan Dongson, Vietnam. Temuan peninggalan megalitik di pasemah begitu banyak variasinya, berdasarkan survei yang dilakukan peneliti Balai Arkeologi Palembang, Budi Wiyana telah menemukan 19 situs megalitik baik yang tersebar secara mengelompok maupun sendiri (1996).

Keadaan Lingkungan di wilayah Pasemah
Daerah Pasemah yang pernah diteliti oleh Van der Hoop, Tombrink, Westenek, Ullman, dan peneliti lainnya, daerah ini mudah dicapai dari kota-kota besar di sekitarnya, baik dari Jambi, Lubuklinggau, Palembang, dan lain-lain, karena tersedia jalan besar yang menghubungkan Pasemah dengan kota-kota besar di sekitarnya. Situs-situs megalitik dataran tinggi Pasemah meliputi daerah yang sangat luas mencapai 80 km². Situs-situs megalitik tersebar di dataran tinggi, puncak gunung, lereng, dan lembah. Situs Tinggihari, Tanjungsirih, Gunungkaya merupakan situs yang terletak di atas bukit, sementara situs Belumai, Tanjung Ara dan Tegurwangi merupakan situs yang terletak di lembah. Dari hasil penelitian Fadlan S. Intan diketahui bahwa daerah Lahat dibagi atas tiga satuan morfologi (bentang alam), yaitu:

  • satuan morfologi pegunungan
  • satuan morfologi bergelombang
  • satuan morfologi dataran

Satuan morfologi pegunungan dengan puncak-puncaknya antara lain Gunung Dempo (3159 mdpl) dan pegunungan Dumai (1700 mdpl). Satuan morfologi bergelombang ketinggian puncaknya mencapai 250 mdpl, lereng umumnya landai, dengan sungai berlembah dan berkeolok-kelok. Satuan morfologi dataran dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Satuan morfologi pegunungan merupakan tempat tersedianya bahan hasil letusan Gunung Dempo yang menyebarkan lahar dan lava serta batuan-batuan vulkanis. Daerah Lahat dengan batuan-batuan beku andesitnya telah dipilih menjadi tempat pemukiman. Pemilihan ini tampaknya mempunyai pertimbangan-pertimbangan geografis dan tersedianya batuan untuk megalitik. Keadaan lingkungan di Pasemah merupakan daerah yang sangat subur yang memungkinkan penduduk di sana dapat membudidayakan tanaman.

Blogger Blog 67
Tinggalan megalitikum di Tanjung Ara, Lahat

Cagar Budaya Megalitikum Pasemah
Ilustrasi menarik mengenai tempat orang-orang Basemah pernah dituliskan oleh JSG Grambreg, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang ditulisnya tahun 1865 sebagai berikut : " Barang siapa yang mendaki Bukit Barisan dari arah Bengkulu, kemudian menjejakkan kaki di tanah kerajaan Palembang yang begitu luas dan barang siapa yang melangkahkan kakinya dari arah utara Ampat Lawang (negeri empat gerbang) menuju ke dataran Lintang yang indah, sehingga ia mencapai kaki sebelah Barat Gunung Dempo, maka sudah pastilah ia di negeri orang Pasemah. Jika ia berjalan mengelilingi kaki gunung berapi itu, maka akan tibalah ia di sisi timur dataran tinggi yang luas yang menikung agak ke arah Tenggara, dan jika dari situ ia berjalan terus lebih ke arah Timur lagi hingga dataran tinggi itu berakhir pada sederetan pengunungan tempat, dari sisi itu, terbentuk perbatasan alami antara negeri Pasemah yang merdeka dan wilayah kekuasaan Hindia Belanda".

Blogger Blog 67
Peta Pagaralam. lokasi situs Megalitikum Pasemah

Situs-situs megalitik di daratan tinggi Pasemah meliputi daerah yang luasnya sekitar 80 km persegi. Situs-situs megalitik tersebar di dataran tinggi, di puncak gunung, di lereng dan ada yang di lembah. Pada umumnya situs-situs megalitik berada di ketinggian 400 meter dpl, karena terletak di dataran tinggi maka daerah ini mempunyai curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Daerah Pasemah wilayahnya meliputi Bukit Barisan dan di kaki pegunungan Gumai. Satuan morfologi pegunungan merupakan tempat tersedianya bahan batu hasil letusan gunung api Dempo yang menyebarkan lahar dan lava serta batu-batuan vulkanis. Letusan gunung api inilah yang menyebarkan batu-batuan sampai ke daerah – daerah yang termasuk satuan morfologi bergelombang dan satuan morfologi daratan. Selain itu di daerah Pasemah terdapat alur-alur sungai besar dan kecil yang memudahkan transportasi air dan sumber kehidupan. Pada umumnya keadaan alam yang subur memudahkan mereka untuk berkebun dan membudidayakan ternak dan membuat rumah - rumah hunian dengan tiang yang tinggi. 

Situs-situs Arca Megalitik di Pasemah
  • Situs Tanjung Aro menggambarkan pahatan seseorang sedang berkelahi melawan ular
  • Situs Muara Danau menggambarkan pahatan seorang menggendong anak
  • Situs Muara Dua menggambarkan seseorang yang menggendong sesuatu pada punggungnya
  • Situs Gunung Megang menggambarkan tokoh manusia yang menindih gajah dalam posisi terlentang
  • Situs Tebing Tinggi dipahatkan gambaran orang mengendarai kerbau
  • Situs Benua Keling dipahatkan orang naik gajah
  • Situs Gunung Megang terdapat arca kepala manusia
  • Situs Kota Raya Lembak terdapat arca kepala manusia
  • Situs Tinggi hari dipahatkan seseorang sedang duduk dengan menggendong gajah kecil, dan arca babi hutan yang belum selesai, selain itu terdapat menhir yang terdapat tokoh manusia dan buaya.
  • Situs Sinjar Bulan terdapat pahatan orang duduk membimbing anak kecil
  • Situs Tebat Sibentur dipahatkan seseorang memakai kalung.
  • Situs tegur wangi terdapat arca 3 buah
  • Situs Tanjung Sirih terdapat arca yang menggambarkan orang naik kerbau, orang memakai helm,dua orang bergendongan dan harimau menekam anak kecil.
  • Situs Tanjung Telang terdapat pahatan orang membopong gajah.
  • Arca dari situs di Air Purah, melukiskan dua orang prajurit yang berhadap-hadapan, seorang memegang tali yang diikatkan pada hidung kerbau, dan yang lain memegang tanduk kerbau
Blogger Blog 67
Patung Laki-laki di Pematang Panggang, Ogan Komering Ilir

Lukisan pada batu cadas dan kubur batu
  • Situs Tanjung Aro, lukisan orang naik kerbau
  • Situs Kotaraya Lembak hiasan sulur-suluran, binatang melata, lingkaran consentris
  • Situs Tegur wangi dipahatkan gambar orang berlari sambil bawa nekara di punggung, serta terdapat semacam sinar dan sayap. Pada bagian dinding bawah batu cadas terdapat tiga buah manusia kangkang dan goresan garis-garis serta lubang – lubang kecil
  • Situs Muara Pinang terdapat goresan berbentuk manusia
  • Situs Gunung Megang dipahatkan pada batu datar menggambarkan garis – garis berbentuk ikan dan tombak
  • Situs di Tebat Sibentur menggambarkan anggota badan sebatas dada ke bawah.
Blogger Blog 67
Situs Kuburan Batu di Pagaralam

Situs peninggalan Megalitikum di Pagaralam, Sumatera Selatan, telah didaftarkan UNESCO sebagai kandidat Situs Warisan Budaya. Tak heran, kota seluas 633 kilometer persegi ini memang menyimpan banyak potensi wisata sejarah.

Di sini, Anda bisa melihat beberapa peninggalan zaman Megalitikum yang ditaksir berumur lebih dari 1.000 tahun. Beberapa tempat untuk menemukan peninggalan tersebut di antaranya areal perkebunan Dusun Atungbungsu, kebun kopi Dusun Cawang Lama, Tegur Wangi lama, Tanjung Aro, dan Mingkik.

Jangan kaget bila di tengah kebun dan areal-areal itu Anda menemukan patung dengan beragam bentuk, ukiran, juga ukuran. Di Dusun Tegur Wangi misalnya, ada lukisan yang dibuat dari batu tulis! Lukisan mirip manusia ini berada di atas batu setinggi sekitar 10 meter dan lebar 13 meter. Di samping lukisan tersebut juga terdapat guratan-guratan lukisan dengan ukuran yang lebih kecil. 
Di areal perkebunan Dusun Atungbungsu, terdapat kumpulan batu berbentuk gong yang memiliki ukuran sangat besar. Kalau dihitung, batu-batu tersebut memiliki tinggi sekitar 1 meter, lebar 2 meter, dan panjang sekitar 5 meter. Batu-batuan ini memiliki bentuk yang masih utuh.

Selain itu,  di areal ini juga terdapat patung-patung berbentuk tubuh manusia. Coba lihat lebih dekat, panorama batu-batu ini menyerupai Maoi di Pulau Paskah! Konon, lokasi ini menjadi pusat pemerintahan di zaman Megalitikum.

Blogger Blog 67
Patung Megalitikum di Atungbungsu

Masih banyak peninggalan megalitikum yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Beberapa di antaranya yaitu situs kubur batu di Tanjung Aro, Pasemah, dan beberapa arca lainnya yang berjumlah hampir ribuan.

Nah, selain melihat ribuan situs megalitikum, kota ini juga memiliki destinasi wisata lainnya yang tak kalah menarik. Kemegahan Gunung Dempo yang menjadi latar kota ini memiliki magnet bagi wisatawan terutama pendaki gunung untuk menaklukkannya.

Selain itu, traveler juga bisa berkeliling dan merasakan kesejukan alam Kota Pagaralam. Gunung, hutan, air terjun, dan situs megalitikumnya menjadi destinasi yang bisa dipilih. Namun sayang, banyaknya potensi wisata yang mengisi kota ini harus terkendala dengan keterbatasan transportasinya.

Terlepas dari keterbatasan Kota Pagaralam, kalau sudah niat sejauh dan sesulit apapun jalan yang harus ditempuh tidak masalah. Semoga saja pemerintah daerah bersungguh-sungguh untuk mengembangkan dan menjaga kelestarian wisata alam dan sejarah Kota Pagaralam ini.

Blogger Blog 67
Guci-guci batu di Pagaralam, peninggalan Megalitikum

Guci-guci batu tersebut terletak di Dusun  Tegurwangi, Kelurahan Pagarwangi, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, yang terkenal dengan sebutan kampung megalitik Batu Balai di Bukit Kayu Manis, terletak pada lahan puluhan hektar. 

Pada kompleks megalit Batu Balai ini terdapat puluhan situs, seperti batu tempat peristirahatan, kursi lengkap dengan meja, singgasana, dinding batu berelief, dan beberapa situs lainnya. 

Berbagai peninggalan bersejarah ini terdapat di atas lahan puluhan hektare yang berada di tengah hutan bukit Kayu Manis berjarak sekitar 500 meter dari perkampungan penduduk setempat. 

Blogger Blog 67
Arca Megalitikum dari Pagaralam

Cagar budaya (situs megalitikum) yang terbengkalai.

Setelah Subak di Bali, UNESCO juga mencantumkan Kota Pagaralam di Sumatera Selatan sebagai calon Situs Warisan Budaya. Kota peninggalan Megalitikum ini punya beragam destinasi wisata yang mampu membuat wisatawan terkesima.

Situs peninggalan Megalitikum di Pagaralam, Sumatera Selatan, telah didaftarkan UNESCO sebagai kandidat Situs Warisan Budaya. Tak heran, kota seluas 633 kilometer persegi ini memang menyimpan banyak potensi wisata sejarah.

Di sini, Anda bisa melihat beberapa peninggalan zaman Megalitikum yang ditaksir berumur lebih dari 1.000 tahun. Beberapa tempat untuk menemukan peninggalan tersebut di antaranya areal perkebunan Dusun Atungbungsu, kebun kopi Dusun Cawang Lama, Tegur Wangi lama, Tanjung Aro, dan Mingkik.

Keberadaan yang tersebar itulah yang membuat koordinasi penanganan dan pelestarian yang ada mengalami hambatan semoga bantuan dari pengakuan dari UNESCO dapat membantu pengolahan yang jauh lebih baik lagi.

Masalah pelestarian bukanlah tanggungjawab institusi tertentu, namun menjadi tanggungjawab semua pihak. Oleh karena itu. dibutuhkan suatu kolaborasi antar pihak dalam mencapai sinergi, sehingga pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan benda cagar budaya dapat menguntungkan semua pihak secara optimal, serta terpenting dapat adaptif dengan dinamika masyarakat tanpa harus mengorbankan nilai-nilai sejarah budayanya.


Bersambung ................ ke bagian keempat.

Enter your email address to get update from BloggerBlog67.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

2 komentar

Bukti-bukti jaman Megalitikum yang cukup lengkap dan mendukung sekali, mantap, membuka wawasan baru.

Balas

Silahkan berkomentar bilamana ingin mendapatkan backlink, link aktif dalam komentar pasti akan terhapus. Jangan lupa untuk follow blog ini setelah meninggalkan komentar.

Copyright © 2015. blogger blog 67 - All Rights Reserved | Template Created by Info Blog Proudly powered by Blogger